Belajarlah
membentuk cintamu dengan teori integratif, bukan teori konflik.
Cinta yang berpijak pada teori konflik terjadi ketika dua pribadi yang
sama-sama membawa
mimpi buruk masa lalu, kemudian bersatu & menemukan
pelariannya di saat yang tepat.
Mudah terbentuk memang, tapi menyimpan bom
waktu yang siap meledak kapanpun tiap kali
pasangannya melakukan kesalahan yang
sama dengan yang pernah dilakukan sang mantan.
Cinta ini akan selalu ada bersamaan dengan rasa dendam. Di matanya, kamu tak ada beda
dengan sang mantan.
Yang membedakan dirimu dengan mantannya hanyalah ketika kamu
menawarkan janji
cinta yang lebih indah.
Cinta yang baik, selalu berpijak pada teori
integratif. Memang membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama untuk
membentuknya. Ia terbentuk saat dua pribadi sama-sama memiliki komitmen
untuk
saling menatap masa depan, bukan cinta yang selalu terbayang-bayang akan masa
lalu
yang telah lewat. Cinta yang baik bersedia melepaskan baju masa lalu,
memaafkan rasa
dendam, dan terbentuk ketika dua pribadi bersiap membuka sebuah
lembaran yang hanya
akan diisi dengan catatan tentang dirimu dan dirinya, bukan
masa lalu, maupun orang lain
dalam hidupmu kini, dan nanti.
M. Sofi Mubarok - Alumni FDI UIN Jakarta, Pascasarjana IAI al-Ibrahimy, Situbondo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar