Bagaimana pendapat anda tentang laman ini ?

Statistik

Kamis, 05 Juli 2012

Refleksi "Malam yg Ngantuk" - Kita dan Teman

Bismillah

 Ya, refleksi malam ini sejatinya, ingin mencoba menelisik tentang bagaimana sebuah

perkawanan itu terkadang membutuhkan sebuah energi untuk mempertahankan dan

menjaganya secara konsisten. Dalam bentuk yang berbeda - beda upayanya walaupun hemat

pribadi penulis nilai - nilai luhur akhlak yang lahir dari pesan - pesan inti keagamaan sudah

semestinya selalu dijadikan poros tingkah laku kita.


Ternyata, kedekatan yang secara bertahap itu semakin menguat, dan batas - batas diantara

dua sisi itu seringkali mulai mendekat bahkan pudar sama sekali tidak melulu membawa

dampak positif, atau setidaknya respon positif dari masing - masing pihak di awalnya. Hal ini

bisa digaris bawahi untuk dua hal yang penting:


1. Poros apa yang digunakan dalam membangun kedekatan itu, selama yang digunakan

adalah emosionalitas kemanusiaan yang "terlalu membumi", dan berimplikasi meninggalkan

emosionalitas kemanusiaan yang bermakna "langit", maka kekecewaan adalah satu dari

sekian implikasi logis dari dawammnya hal itu. Sederhananya, bukankah manusia sebuah 

makhluk yang dho'if dan sangat penuh keterbatasan ini sangat membutuhkan Allah yang

disimbolkan dalam bahasa filsafat "zat yang memiliki entitas tak terikat proses" sebagai

pangkal dari rujukan tingkah laku kita, dan jika manusia sengaja atau tidak meninggalkan itu,

justru akan semakin kehilangan sisi kemanusiaannya yaitu kemuliaannya dimata Allah ?


2. Tujuan dari interaksi dua arah tersebut (al-ta'aamul baina al-thorofain) apakah memang

untuk membangun antar sisi masing-masing, ataukah ada kepentingan - kepentingan yang

sesungguhnya hanya mengedepankan keuntungan pribadi semata yang mengalahkan

kepentingan temannya secara bersamaan, Akhirnya, ketika sisi - sisi itu tersingkap maka

kekecewaan insidental itu akan muncul.

Dua sisi itulah yang semestinya, hemat kami sangat perlu ditekankan dalam membina dan

mempertahankan sebuah interaksi ini. Ditambah lagi, yang sedang menjadi sorotan adalah

ketika bentuk hubungan dua sisi tersebut terburai "aib-aib"nya kedunia masyarakat sosio-

internet, Kami mengambil istilah ini, karena fenomena yang lahir adalah semakin pudarnya

antara ruang - ruang privat dengan ruang - ruang publik. Sehingga, keduanya saling

bergesekan, dan membuang batas-batas itu. Serta, didalam jejaring sosial, kini kita melihat

sebagian masyarakat kita dalam ruang - ruang yang "ghaib" itu.


Intinya, kami hanya ingin menegaskan bahwa:

1. pembangunan akan prinsip yang jelas dalam membina suatu apapun, mutlak diperlukan,

Dalam hal ini hubungan persahabatan misalnya. Dan lebih jauh, adalah menghargai

subjektivitas positif optimistik diatas objektif realistik, yang terkadang masing menggunakan

bahasa negatif misalnya.


2. kami bahkan merasa, sepertinya kita memang harus menahan diri untuk tidak mengatakan

sesuatu yang intinya tidak bermanfaat. Dan lebih jauh, kita pun bisa menghemat energi kita

untuk energi yang lebih dibutuhkan untuk hal - hal yang bermanfaat, aplikatif, dan positif dar

sisi-sisi agama, suku, bangsa, dan negara,

**Walllahu a'lam     - 16 Sya'ban 1432 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar